Rabu, 07 April 2010

Kabupaten Lebak

MENYEBUT nama Lebak, yang pertama terlintas di pikiran adalah Suku  Badui dengan segala kekhasan dan keunikan kehidupannya di pedalaman  sebelah selatan Banten. Kesederhanaan menjadi ciri kehidupan di  perkampungan suku itu. 
    
Masyarakat Badui, baik Badui Dalam maupun Badui Luar, terpusat di Desa  Kanekes yang terletak di Pegunungan Kendeng berada pada ketinggian 775 meter di atas permukaan laut. Desa Kanekes sendiri masuk dalam wilayah Kabupaten Lebak bagian Selatan. Desa ini termasuk salah satu dari 190  desa-sekitar 60 persen dari 295 desa di Kabupaten Lebak yang pernah  menerima Inpres Desa Tertinggal (IDT). 
    
Banyaknya desa yang masih menerima IDT di kabupaten seluas 2.859,96  kilometer persegi ini mengindikasikan Kabupaten Lebak sebagai   kabupaten miskin. Belum lagi Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten  Lebak tahun 1998/1999 cuma Rp 4,31 milyar. Bandingkan dengan  penerimaan APBD 1998/1999 yang sebesar Rp 56,39 milyar. Tingkat ketergantungan Lebak kepada pusat mencapai 81 persen. Angka itu  menjadikan Lebak termasuk kabupaten miskin di Banten, bahkan di Jawa Barat. 
    
Kemiskinan telah lama membelit Lebak. Gambaran itu pernah diuraikan  dalam buku Max Havelaar karya Eduard Douwes Dekker (Multatuli) yang pernah menjadi Asisten Residen Lebak (1856-1857). Buku tersebut  menceritakan penderitaan dan kesengsaraan rakyat Lebak akibat penindasan kaum feodal dan kolonial. Dari gambaran itu tercermin, betapa kemelaratan telah lama membelenggu masyarakat Lebak. Namun,  bukan berarti Lebak yang terdiri atas 19 kecamatan itu tidak bisa  melepaskan diri dari belenggu kemiskinan. 
    
                                    *** 
LEBAK yang berpenduduk 1.027.053 jiwa (Sensus Penduduk 2000), sebagian besar masyarakatnya menggantungkan hidup dari pertanian dan perkebunan. Luas areal pertanian dalam bentuk lahan sawah adalah 42.362 hektar, jauh lebih kecil dibanding luas lahan kering yang mencapai 185.151 hektar. Pertanian memang menjadi andalan utama  kabupaten ini. Sektor ini memberi kontribusi terbesar bagi kegiatan   ekonomi tahun 1999, yakni 36,34 persen dari total senilai Rp 2,25  trilyun. 
    
Kekayaan di sektor agroindustri bisa pula menjadi salah satu sumber PAD. Seluas 70.570 hektar lebih-hampir seperempat dari luas wilayah  Lebak yang 285.997 hektar-merupakan areal perkebunan dengan   spesifikasi buah-buahan yang bisa jadi unggulan, mulai dari durian, rambutan yang tumbuh baik di Maja, salak di Cijaku, hingga mangga dan  pisang di Lebak Selatan. Jenis-jenis tanaman perkebunan ini terutama  dibudidayakan di perkebunan rakyat. Pemda setempat tengah mengupayakan  pengembangan komoditas unggulan tersebut untuk mendukung tingkat kesejahteraan petani. Sedangkan, karet, kakao, kelapa sawit, dan  kelapa hibrida banyak dihasilkan dari perkebunan PTP dan swasta besar. 
    
Sesungguhnya Lebak kaya akan sumber alam. Potensi hidrologis di Lebak  cukup menjanjikan. Daerah ini memiliki cukup banyak jumlah mata air  yang mengalir sepanjang tahun dengan debit air lumayan besar. Beberapa  sungai yang jadi andalan itu antara lain Sungai Ciujung, Ciberang,  Cilaki, Ciberang, Cisimeut, Cimadur, Cisiih, Cihara, dan Cibaliung. Kekayaan alam ini bisa mendukung kebutuhan air irigasi pertanian dan  air bersih bagi penduduk perkotaan, utamanya Jakarta dan Tangerang. 
    
Dalam soal pertambangan, Lebak pernah punya tambang emas yang produktif. Tambang emas itu terletak di Desa Cikotok, Kecamatan Bayah.  Tambang yang telah berproduksi sejak 1939 itu pernah memproduksi emas  sebanyak 133 kg (1990), 102 kg (1991), 75 kg (1992), dan terakhir cuma 14,23 kg (1993). Produksinya terus menurun. Pada akhirnya pengeksploitasian tambang ini dihentikan pada tahun 1994. Kini bekas  tambang emas itu tengah disiapkan untuk dijadikan areal pariwisata dan  studi pertambangan. 
    
Pengembangan pariwisata terutama di wilayah pesisir Samudera Indonesia. Sepanjang Malingping sampai Bayah sejauh 40 km memiliki  pemandangan pantai berkarang yang amat mempesona. Daya pikat alamnya    yang eksotis bisa menarik wisatawan berkunjung ke sana, yang sudah  tentu bisa menjadi sumber pemasukan kas daerah. Pantai Bagedur dengan  hamparan pasir yang amat luas, dan Pantai Karang Taraje bisa menjadi obyek wisata pantai yang potensial. Namun, kedua obyek wisata itu belum dikembangan maksimal. Kendala utama adalah soal jalan dan  listrik. 
    
                                    *** 
                                       
SEMUA potensi itu sesungguhnya bisa membawa Kabupaten Lebak berdiri sama tinggi dengan kabupaten lainnya. Idealnya, Lebak bisa menghidupi  daerahnya sendiri dari hasil bumi dan kekayaan alamnya yang melimpah. Namun, sayangnya belum semua kekayaan alam itu bisa tergarap optimal. Hasil yang didapat belum sebanding dengan kekayaan sumber alam yang  dipunyai. 

Kendala utama kabupaten yang pendapatan per kapita penduduknya cuma Rp 1,8 juta-jauh di bawah rata-rata nasional yang Rp 4,6 juta- adalah  belum siapnya daya dukung infrastruktur perhubungan. Banyak desa yang masih sulit dijangkau kendaraan roda empat. Dalam arti masih banyak daerah yang terisolasi. 
    
Pembangunan ruas-ruas jalan terutama jalan yang menghubungkan pusat-pusat produksi dari desa ke kecamatan, atau jalan yang  menghubungkan antardesa, dan desa dengan kota merupakan prioritas yang   sangat mendesak, agar kabupaten yang jaraknya tak sampai 200 km dari  ibu kota negara ini tak lagi terisolir. (MG Retno Setyowati/Litbang  Kompas ) 


Sumber :
http://www.hamline.edu/apakabar/basisdata/2001/01/11/0029.html
12 Januari 2001

1 komentar:

  1. SEDIKIT INFORMASI. SAYA PUNYA RUMAH LOKASI STRATEGIS TENGAH KOTA, JL. KARTINI NO.2 RANGKASBITUNG, SHM, 80M2, MAU DIJUAL Rp. 195JUTA, BAGI YG BERMINAT TLP. 02270018185. TERIMA KASIH.

    BalasHapus