Rabu, 07 April 2010

Lebak Kembangkan Budidaya SRI

 Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Lebak, Banten, melalui Dinas Pertanian setempat sejak 2007 hingga kini terus mengembangkan teknologi penanaman budidayaSystem of Rice Intensification atau SRI untuk meningkatkan produksi pangan. 

"Produksi teknologi ini lebih besar dibandingkan penanaman konvensional," kata Kepala Seksi Tata Guna Lahan dan Dinas Pertanian, Kabupaten Lebak Rahmat Yuniar, Jumat (8/1). 

Rahmat mengatakan, saat ini produksi metode pengembangan penanaman budidaya SRI bisa mencapai 8,2 sampai 10 ton gabah kering pungut (GKP) per hektare, sedangkan sawah konvensional hanya 5,6 ton GKP per hektare. 

Oleh karena itu, kata dia, budidaya SRI ini dapat meningkatkan hasil produksi dua kali lipat, sehingga bisa memberikan kontribusi terhadap swasembada beras nasional. 

Pengembangan SRI di Kabupaten Lebak, kata dia, di antaranya Kecamatan Panggarangan, Cipanas, Muncang, Leuwidamar, Warunggunung dan Cibeber. 

"Penanaman pengembangan teknologi itu mencapai seluas 32 hektare," katanya. 

Menurut dia, teknologi SRI tidak dibatasi benih varietas apa pun. Mereka bisa menggunakan benih padi varietas Ciherang atau IR 64. Akan tetapi, pengembangan budidaya harus menggunakan penanaman metode SRI. 

Selain itu, teknologi SRI memiliki keunggulan yakni dapat menghemat air hingga 40-50% karena padi tidak perlu digenangi air secara terus menerus. 

Selanjutnya, sistem ini hanya membutuhkan benih padi antara 5-7 kg per hektare, sedangkan sistem non SRI membutuhkan 60-70 kg per hektare. 

Keunggulan lainnya, ujarnya, penggunaan waktu pun lebih hemat dan bibit dapat ditanam selama 5-12 hari setelah disemai, sementara sistem konvensional menunggu 25-30 hari setelah semai. 

"Saya kira teknologi SRI sangat menguntungkan karena musim panen lebih awal 10-15 hari dibanding konvensional terhitung masa persemaian," katanya. 

Dia menyebutkan, pihaknya optimistis pengembangan penanaman teknologi SRI di Kabupaten Lebak akan diminati petani, selain produksi gabah cukup tinggi juga biaya bisa menghemat. Sebab, teknologi SRI menggunakan pupuk nonorganik seperti kotoran ternak, kompos dan lainnya. 

"Saya kira petani bisa memanfaatkan kotoran ternak untuk dijadikan pupuk," katanya. 

Sementara itu, Ketua Kelompok Tani (Koptan) Kebon Tiwu, Desa Sipayung Kecamatan Cipanas, Kabupaten Lebak, H Diding mengaku, pihaknya merasa senang mengembangkan budidaya teknologi SRI karena setahun bisa tiga kali musim panen. 

"Sebelumnya, petani di sini hanya dua kali musim panen dan setelah menggunakan sistem SRI bisa mencapai tiga kali," katanya. (Ant/OL-7)


Sumber :
http://www.mediaindonesia.com/read/2010/01/09/116007/123/101/Lebak-Kembangkan-Budidaya-SRI
9 Januari 2010

Tidak ada komentar:

Posting Komentar